Tingkatkan Produksi Jahe RPB, Distanak Kukar Siapkan Lahan 10 Hektare
Tenggarong, biwara.co – Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kutai Kartanegara (Kukar) berencana untuk meningkatkan hasil produksi jahe dari pabrik Rumah Pengolahan Bersama (RPB). Untuk mewujudkan hal tersebut, Distanak menyiapkan 10 hektare lahan di Desa Jonggon Jaya, dan Margahayu.
“Nah tahun ini kita alokasikan 10 hektare untuk pengembangan, tapi kita juga perlu menghitung dulu, dalam satu hari perlu berapa, jadi satu bulan perlu berapa, apakah cukup dari daerah Jonggon dan sekitarnya,” ucap Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Distanak Kukar, Sugiono saat dikonfirmasi, Kamis (6/4/2023).
Meski telah menyiapkan lahan, Sugiono mengaku pihaknya belum melakukan penanaman. Sebab, dirinya merasa perlu sinkronisasi terlebih dahulu dengan pihak pengelola RPB.
Dalam proses pengembangan kawasan pertanian jahe itu, Sugiono mengaku akan lebih dulu mencari tahu jenis jahe apa yang akan dibutuhkan oleh RPB. Sehingga nantinya tanaman yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pabrik.
“Ini harus kita koordinasikan dulu antara pihak pengelola RPB, dan petani jangan sampai ada miskomunikasi, termasuk juga jenis jahe yang dibutuhkan,” sambungnya.
Hal ini dinilainya penting, mengingat masa panen tanaman jahe bisa dikatakan cukup lama, yaitu memakan waktu 8 – 9 bulan untuk siap dipanen oleh petani.
“Artinya jika sudah terkoordinasi, paling tidak kita bisa atur skala prioritasnya jadi tidak terputus. Lahan yang sudah kita siapkan 10 hektar ini, nantinya akan kita jadikan kawasan pengembangan dan percontohan, jadi pusatnya (Pertamina Jahe) ada di Jonggon Jaya dan Margahayu, karna kan berdekatan. Dan lagi memang Jonggon itu bisa dibilang identik dengan jahe,” jelasnya.
Dengan kehadiran RPB di Desa Jonggon Jaya ini, Sugiono berharap mampu menjaga kestabilan harga jual jahe para petani.
“Sekarang kan harga jahe lima ribu sampai 6 ribu, itu tidak dipanen oleh petani. Karna kan kalo dipanen mungkin hasilnya tidak cukup untuk biaya panen, padahal kalo dulu waktu harganya bagus, petani di sana (Jonggon) bisa beli motor bahkan mobil dari hasil panen jahe. Kemudian selain harga kami juga berharap lahan pertanian di sana itu tidak di alih fungsikan,” pungkasnya. (Adv/KominfoKukar/Ksm)