Samarinda, Biwara.co – Alief Mulawarman (31) adalah salah seorang driver online di Kota Samarinda. Tidak mudah menjadi dirinya, terlebih di masa pandemi saat ini.
Kepada Biwara, Alief mengatakan, bahwa selama pandemi ini omsetnya turun drastis. Yang awalnya perhari ia mendapatkan omset Rp 500 Ribu sampai Rp 600 ribu. Kini hanya di kisaran Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per hari.
“Habis di bensin aja itu,” ungkap Alief, Kamis 5 Agustus 2021.
Awalnya, Alief yang selama ini tinggal di Perumahan Bumi Alam Indah di kawasan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, adalah seorang pegawai swasta yang bergerak di bidang tambang batu bara.
“Dulu saya di tambang terikat kontrak kerja, masuk jam 8 pagi sampai jam 5 sore baru selesai, itu pun di tempatkan di hutan,” katanya.
Dari situ Alief mengatakan bahwa pekerjaannya di rasa terlalu kaku dan dituntut harus tepat waktu. Sehingga ia pun berinisiatif ingin beralih profesi. Dan munculah dalam benaknya untuk menjadi driver online.
Pada awal 2018, Alief mencoba menekuni profesi barunya sebagai driver online. Kurang lebih 3 tahun Alief menekuni profesinya itu.
“Tahun pertama dan kedua saya rasa omset stabil saja, masuk di tahun ketiga omset saya mulai berkurang dan perlahan turun drastis akibat pandemi Covid-19 yang melanda saat ini,” ujar Alief.
Tak hanya sampai di situ saja, Alief beranggapan bahwa selama Pandemi Covid-19 ini semakin banyak pilihan kompetitor untuk menarik perhatian pelanggan atau penumpang. Ini sangat berdampak sekali baginya.
Alief adalah seorang yang baru menjalani bahtera rumah tangga, ia baru saja menikah di awal tahun 2021. Di usia pernikahan yang terbilang muda itu, ia harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami, yakni menafkahi istrinya.
“Lain dulu lain sekarang, dulu masih mikirin diri sendiri sekarang ada tanggung jawab menghidupi istri,” tuturnya.
Bukan hanya Alief yang merasakan dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 ini, teman-teman driver lain pun merasakan dampak yang sama. Ia berharap, kondisi saat ini segera berakhir, agar ekonomi masyarakat kembali hidup seperti sedia kala. (*)
Penulis: Abdul Rachman