Gasing Kutai, Permainan Tradisional Yang Masih Dipertahankan

image_pdfimage_print

Tenggarong, biwara.co – Norsyamdani (39) adalah seorang pegiat permainan tradisonal asli Kutai. Dani sapaan akrab warga Mangkurawang Kabupaten Kutai Kartanegara mengaku upayanya dalam melestarikan permainan tradisional masih sedikit terhambat, lantaran di era digital ini, masyarakat dikatakan lebih tertarik dengan smartphone nya.

“Dengan membentuk komunitas permainan tradisional, ini sebagai bentuk upaya kami untuk terus mempertahankan warisan leluhur,” kata Dani

Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dengan suatu titik, yang menyerupai pergerakan Angin Putting Beliung. Dilansir dari Wikipedia, Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Bukan saja merupakan permainan yang di mainkan oleh anak-anak dan orang dewasa, gasing juga kerap digunakan untuk hal hal lain berjudi dan ramalan nasib.

Gasing yang merupakan salah satu permainan tradisional Nusantara, walaupun sejarah penyebarannya belum diketahui secara pasti, Kalimantan Timur (Kaltim) juga memiliki ciri khas tersendiri. Gasing yang disebut warga Kutai dengan sebutan Begasing itu ada sudah sejak Kerajaan Mulawarman.

Munurut salah satu pengrajin gasing, Narsyamhadi, gasing di kutai di adopsi dari para pedagang asal Melayu

“Asal mula gasing muncul di Kukar itu kemungkinan karena adanya pengaruh dari pedagang Melayu. Permainan ini pun mulai di gemari oleh masyarakata Desa hingga di kerajaan secara menyeluruh,” terang Dani. Sapaan akrab pengrajin gasing.

Di Indonesia, gasing memiliki ciri yang berbeda beda, mulai dari bentuk hingga bahan yang di gunakan untuk gasing. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun di era sekarang, gasing sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Namun di tanah kutai, Dani sebagai penggiat gasing terus berupaya agar ciri khas gasing Kutai tidak sirna.

Pembuatan gasingpun juga mulai beragam, mulai dari pahatan, hingga menggunakan mesin. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.

“bahan dari begazing ini, terbuat dari kayu khas Kaltim. Itu dua jenisnya, ada Ulin sama Kayu Benggeris. Kayu ini Cuma ada di kaltim,” imbuhnya

Untuk Kutai sendiri, memiliki beberapa jenis bentuk gasing, dengan berbeda beda permainan. Mulai dari, jenis buah pelele, Jenis Tungkul, Pendada, Buong, Perangat, dan terahir adalah gasing Bengor. Dari keenam gasing tersebut, menjadi icon ciri khas gasing asal kutai.

“Gasing yang paling viral di jaman dulu itu yang masih di mainkan sama kerajaan adalah gasing Tungkul, ini gasing agak tinggi dari yang lainnya,” ucap Dani.

Cara bermain gasing pun berbeda beda. Dalam penjelasan dani, gasing memiliki 3 jenis permaian gasing yaitu, Beragaan, atau adu tumbuk, beregu atau adu pukul beregu, dan bekurai atau disebut dengan ketahanan berputar gasing.

“3 jenis permainan ini juga harus menggunakan jenis gasing yang sesuai. Misalnya betumbuk itu pakenya gasing Pelele,” jelas Dani

Permainan gasing yang semakin mulai tergerus oleh perkembangan zaman ini, semakin mengancam hilangnya salah satu warisan leluhur di tanah Kutai. Bukan hanya kehilangan peminat main, Dani menyebut, pengrajin gasing tradisional juga mulai berkurang.

“Gasing ini yang bakal kemungkinan bakal punah, makanya saya sangat memelihara gasing tradisonal di Kukar. Saya berharap gasing ini tetap lestari di Indonesia,” tuturnya

Kabupaten Kutai Kartanegara yang memiliki sejarah kerajaan Hindu pertama di Indonesia, memiliki potensi budaya leluhur yang masih kental setelah Bali. Namun dengan semakin canggihnya zaman, perlahan budaya khas situ mulai semakin pudar. Salah satu yang paling menonjol itu adalah hilangnya pengetahuan anak zaman sekarang tentang permainan tradisional.

Dani menyebut, upaya pemerintah Kukar memang masih kurang serius dalam mempertahankan permainan rakyat itu.

“Pemkab memang menghargai budaya, tapi sayangnya, untuk sampai ke tingkat keseriusan itu belum terlihat. Entah mungkin terlalu banyak yang mereka fikirkan. Hingga permanaian rakyat ini harus di kebelakangkan,” beber Dani
Dani berharap agar pemerintah dapat lebih serius, contoh yang di maksud Dani adalah, mengepayakan, pemainan tradisional tetap di kenal oleh seluruh kalangan.

“Bahkan kalau bisa, ada perbup yang dibuat khusus untuk kesenian tradisonal, seluruh sekolah wajib memiliki ekstrakurikuler permaianan tradisional, semua opd, setiap hari Jumad bisa lakukan permaianan sebagai ganti olahraga mederen. Gasing kan juga olah raga. Kalau ini dilakukan, kami yakin, permaian warisan itu, semakin banyak di minati nantinya,” tuangnya

“Pembinaan untuk anak anak muda Kukar tentang pembuatan gasing juga harus dilahirkan,” lanjutnya
Ditemui di tempat berbeda, Bupati Kutai Kartanegara Edi Damansyah menjelaskan, hingga saat ini, upaya pemerintah untuk mengenalkan permaianan tradisional itu, masih terus mereka jalankan, bahkan hingga ke mancanegara.

Edi mengaku, saat bangsa ini terkena pandemi, Edi harus mengurangi itensitas berkerumun, yang membuat beberapa Even permainan tradisonal yang sudah 4 kali ia selenggarakan harus tertunda.

“Kami sudah terus upayakan kok, bahkan kami buat eventnya, kemarin kan ramai banget itu sebelum pandemi. Ini tertunda karena pandemik,” ujarnya

Bahkan Edi menyebut, beberapa sekolah di Kukar sudah menjalankan ekstrakurikuler permainan tradisional itu.

“Ya lagi lagi karena pandemi, jadi untuk keseluruhan sekolah belum bisa di lakukan,” Pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *