Tenggarong, biwara.co – Prangat Baru adalah salah satu desa di Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Suka Damai di sebelah barat, Desa Prangat Selatan di sebelah timur, Desa Separi di sebelah utara, dan Desa Salo Cella di sebelah selatan. Desa yang dikenal dengan desa Trans itu dapat ditempuh melalui perjalanan darat jalan Poros Samarinda- Bontang di wilayah Jalan Ahmad Yani, Prangat Baru, Kec. Marang Kayu, Kabupaten Kutai Timur.
Desa itu sebelumnya adalah sebuah desa transmigrasi yang berasal dari pulau Jawa. Kini desa tersebut menjadi desa yang heterogen. Terdapat suku Dayak, suku Jawa, suku Bugis, suku Banjar, suku Kutai dan lain sebagainya.
Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor perkebunan khususnya karet, usaha perkebunan kopi pun sedang dikembangkan oleh Kelompok Kampung Kopi Luwak (Kapak Prabu), dengan luas lahan 60ha.
Sebagian lain penduduk di sana berprofesi sebagai PNS, wiraswasta, dan swasta.
Melalui budidaya tanaman Kopi, sektor pariwisata mulai dikembangkan dengan introduksi pengolahan fermentasi biji kopi menggunakan bantuan satwa Musang Luwak Pandan, yang difasilitasi oleh salah satu BUMN yang bergerak di sektor industri migas, yaitu Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).
Desa Prangat Baru memang telah lama dikenal dengan hasil perkebunannya. Namun yang selama ini paling dominan adalah hasil perkebunan karet. Tanaman lain yang dikembangkan ditempatkan di sela-sela pohon karet, karena perkebunan di sini menggunakan sistem tumpangsari, termasuk kebun kopi jenis liberika seluas 2 hektare yang dikembangkan oleh Rindoni (57) salah satu warga yang berprofesi sebagai petani.
Rindoni mengatakan lahan miliknya dan beberapa warga itu ditanaminya biji kopi jenis liberika, jenis ini pun termasuk jenis kopi langka di Indonesia. Meski begitu, Rindoni mengaku semula berkebun kopi hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Niatannya berubah ketika kebun kopinya kedatangan musang luwak liar ke perkebunan kopinya di beberapa tahun silam.
“Merintis ini awalnya sekedarnya saja, karena di kampung asal saya, saya sekeluarga memang petani kopi. Tapi setelah saya coba tanam di sini, ternyata hasilnya bagis, kontur tanahnya juga sesuai. Jadi saya seriusin lagi dengan mengajak warga di sekitar,” terang Rindoni saat di jumpai biwara.co pada Minggu (14/11/2021)
Dijelaskan oleh Rindoni Antara musang dan kopi memang memiliki keterkaitan. Mamalia ini memakan hewan lain berukuran kecil seperti serangga hingga tikus. Meski begitu, yang paling digemarinya adalah buah-buahan seperti pepaya, pisang, termasuk kopi. Yang menjadikan spesies ini begitu unik adalah sistem penceranaanya yang singkat dan sederhana. Maka buah-buhan yang dikonsumsinya, bakal mengeluarkan biji-biji yang masih utuh. Karena itulah untuk urusan makanan, musang luwak hanya memilih buah yang benar-benar masak dengan mengandalkan indra penciumannya yang begitu kuat. Dan, karena musang luwak gemar mengonsumsi kopi, maka dalam kotorannya bakal menyisakan biji kopi yang masih utuh pula.
Bupati Kukar Edi Damansyah yang di hubungi melalui telepon seluler mengaku sudah sering berkunjung ke lokasi kebun milik Rindoni di Desa Perangat Baru itu.
“Waktu itu saya bersama teman-teman KTNA Kukar, diajak dan dikenalkan tentang Kopi Luwak, awalnya saya fikir masa bisa kopi tumbuh di sini, ternyata luar biasa, dan saya lihat sendiri,” jelas mantan Sekda Kukar itu.
Bahkan Edi mengaku kagum dengan upaya para petani yang mau belajar untuk mengembangkan tumbuhan kopi tersebut. Saat ini seperti yang di terima oleh orang nomor satu di Kukar itu, kini Rindoni beserta teman-teman kelompok taninya berhasil membuka lahan untuk perkebunan Kopi dengan lusan sudah hampir mencapai 30 hektar.
“Bahkan saya dengar upaya pengembangan ini ditargetkan hingga 60 hektar. Ini fantastis sekali. Dan sebuah kebanggaan untuk Kukar pastinya,” ujar Daman sapaan kerennya di tengah masyarakat Kukar.
Edi Damansyah, memastikan Pemkab Kukar turut membantu pengembangan kawasan tersebut sesuai perencanaan. Sehingga, Kampung Kopi Luwak tersebut bisa lebih luas dan berkembang.
“Ya, kami terus memfasilitasi supaya memang bisa menjadi besar, bersama masyarakat yang terlibat di sana,” sebut Edi Damansyah.
Edi pun begitu antusias dengan rencana pengembangan perkebunan kopi di Desa Prangat menjadi 60 hektare. Mantan sekretaris daerah (sekda) Kabupaten Kukar itu pun menyatakan harapan besarnya Kampung Kopi Luwak di Desa Prangat kelak bisa menjadi wajah baru bagi kabupaten ini. “Mimpinya bisa jadi icon. Artinya, mampu menghasilkan kopi luwak ala Kutai Kartanegara. Harapan saya seperti itu,” pungkasnya. (*) (adv/nei)